Monday, December 17, 2012

Saman Fest


         Saman merupakan fenomena tari dan musik saman dalam tradisi masyarakat gayo, yang menduduki “ seribu bukit “ di dataran tinggi Aceh sebelah selatan – timur. Suatu upacara adat yang utama di mana saman berperan adalah bejamu besaman, di mana suatu kampung mengundang kampung lain, dari dalam hingga luar wilayah kabupaten. Yang mengundang adalah seluruh warga kampung. Yang diundang pun hampir seluruh warga ( hanya kaum laki – laki ) satu kampung, sekitar 200 atau 300-an orang, usia belasan hingga enam-puluhan tahun.

        Acara Saman Summit yang di adakan di museum Fatahillah, kota tua. Yang berlangsung dari tanggal 14 & 15 desember 2012 dan 3 hari untuk seminar. Acara ini di ikuti oleh beberapa kelompok – kelompok kesenian di antaranya Saman Gayo ( Senior ) dari kampung Bukit, Kabupaket Gayo Lues, Rabani Wahid dari Samalanga, Kabupaten Aceh Utara, Tari Pukat dari Kota Langsa, Kabupaten Aceh Timur,Saman ( Rampai ) dari Jakarta dan Rudak Sasak dari desa Terengan, Kabupaten Lombok Utara. Budaya – budaya yang di miliki Indonesia itu begitu banyak. Sampai kadang – kadang orang lupa bahwa masih ada budaya – budaya lain yang begitu menarik perhatian wisatawan asing . Maka harus terus di tanamkan rasa kecintaan pada diri masyarakatnya itu sendiri, tentang arti penting kebudayaan yang telah kita miliki, ujar Ray Bachtiar Drajat ( 53 ) selaku panitia.

       Ini akan menjadi tugas kita bersama untuk melestarikan beraneka ragam banyaknya budaya yang telah kita mmiliki. Jadi kalau kita lupa otomatis smua akan lupa. Dan seharusnya lebih di eksplore oleh generasi – generasi muda.


        Motivasi mengikuti acara saman ini untuk membudidayakan kebudayaan yang ada di provinsi Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Tarian Rudat sasak dari desa Terengan, Kabupaten Lombok Utara. Tariannya seperti pencaksilat, tarian bahasa arab, dan Melayu. Harapan saya supaya kebudayaan yang ada di Indonesia khususnya di daerah Lombok Utara tidak hanya di kenal oleh masyarakat sekitar. Tapi, dapat juga di kenal oleh masyarakat luas, ujar bapak Inzurdin ( 40 ) sebagai peserta acara. Jadi kalau kita olah kembali, menjadi lebiih modern. Mungkin akan lebih banyak lagi yang meminati. Karna kebudayaan yang kita miliki lebih banyak di bandingkan negara – negara lain.

No comments:

Post a Comment